Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama
orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga
dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan
bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak
ternilai harganya.
Ada peribahasa berbunyi “Daripada
berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari
pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya.
Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “Jagalah nama keluargamu!”
Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik” Ada pula pesan
orang tua “Jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang
tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan
apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kamu anggap tidak
baik!” Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama
baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Penjagaan nama baik erat hubunganya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau bisa dikatakan nama baik atau tidak
baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah
laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun,
disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan
agama dan lain sebagainya.
Tingkah laku atau perbuatan yang
baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodratnya manusia,
yaitu:
a) Manusia menurut sifat dasarnya
adalah makhluk moral.
b) Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri
yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku
moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik
adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang telah
diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
Akhlak berasal dari bahasa Arab
akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan dari akar kata ahlaq yang berarti
penciptaan. Oleh karena itu, tingkah laku dan perbuatan manusia harus
disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. /untuk itu, orang harus
bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.
Ada tiga macam godaan, yaitu
derajat/pangkat, harta dan wanita. Bila orang tidak dapat menguasai hawa
nafsunya, maka ia akan terjerumus kejurang kenistaan, karena untuk memiliki derajat/pangkat,harta
dan wanita itu dengan mempergunakan jarak yang tidak wajar. Jalan itu antara
lain, fitnah, membohong, suap, mencuri, merampok dan menempuh semua jalan yang
diharamkan.
Hawa nafsu dan angan-angan bagaikan
sungai dan air. Hawa nafsu yang tak tersalurkan melalui sungai yang baik, yang
benar, akan meluap kemana-mana yang akhirnya sangat berbahaya. Menjerumuskan
manusia ke lumpur dosa.
Ada godaan halus, yang dalam bahasa
jawa, adigang, adigung, adiguna, yaitu membanggakan kekuasaan, kebesarannya,
dan kepandaiannya. Semua itu mengandung arti kesombongan.
Untuk memulihkan nama baik, manusia
harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir.
Melainkan harus bertingkah laku sopan, ramah, berbuat budi darma dengan
memberikan kebajikan dan pertolongan sesama hidup yang perlu ditolong dengan
penuh rasa kasih sayang, tanpa pamrih, Takwa kepada Tuhan dan mempunyai sikap
rela, tawakal, jujur, adil, dan budi luhur selalu dipupuk.